Membuat cerpen gampang-gampang susah. Gampang buatnya, susah disukai oleh banyak orang. Silahkan lihat-lihat cerpen original buatan saya dengan teknik 3 kata kunci ala A.S Laksana.

Thursday, May 28, 2015

Syahwat dan Dunia Online

Harta - Dosa - Dunia Online

Harta yang selalu menggugah keimanan. Dia diminati, dibutuhkan, dan juga dibenci. Sebagian besar manusia menganggap bahwa itu penting. Ya, saat engkau bermain-main dengan nominalnya, engkau akan terbang bebas ke angkasa luas. Atau sebaliknya. Menghujamku ke tanah hingga lebih rendah dari binatang. Mata selalu nanar melihat tumpukan bahkan pundi-pundi yang cepat terkumpul. Lantas mengabaikan nurani, iman, ataupun tercemarnya nama. Apakah kita ingin harta itu mengurung diri ini dalam kefanaan? Apakah kita ingin harta itu mencekik keluarga kita kelak di kemudian hari? Pertimbangkanlah moral saat bertatapan dengan kecepatan penumpukan hartamu. Mungkin engkau sempat berenang ke tepian saat mulai tenggelam bujuk rayu kecepatan harta. Saat engkau lalai bahwa halal itu lebih mulia dibandingkan gunung emas sekalipun.
Uang sendiri adalah lingkaran setan. Seperti memegang buntut banteng. Kepalanya akan selalu menyeduruk mengejarmu yang memegang buntutnya tanpa henti. Jika bisa menyepakmu dengan kaki belakangnya, lalu menandukmu hingga terjengkal dan tak bisa bangkit. Uang berbuntut dosa juga tidaklah sedikit kasusnya. Mereka bilang, "mencari yang halal saja susah" lantas ku jawab, "karena engkau menyerah mencoba". Langitpun tidak akan bisa diduga. Kapan dia akan menangis kapan dia akan tertawa. Namun petani tak pernah menyerah. Tetap menanam sembari bisa. Tetap berjuang sembari tak pernah tahu esok akan jadi apa.
Jika memang nafsu itu begitu keras memukul nurani, semestinya sadar diri, kota itu mungkin tak tepat untuk kau tinggali. Recehan demi recehan emas berjatuhan setiap hari dari cawannya. Lalu engkau setiap hari mengais-ngaisnya jika bisa walau harus berdarah-darah. Dunia online telah memukul keras wajah insan negeri tercinta. Bahwa praktek nafsu syahwat selalu mengikuti perkembangan zamannya. Bukan. Bukan itu yang memukul telak hingga lebam wajah-wajah para insan yang mengerti nurani. Tapi lantaran pelakunya tak lain adalah segelintir orang yang redup masa jayanya. Lantaran pelakunya tak lain adalah segelintir orang yang dipuja dan dipuji, dijadikan panutan dan idola. Miris sungguh miris. Menyayat hati mungkin tidak lagi berarti. Ini jauh lebih buruk. Dahulu mitos nafsu syahwat tak lebih hayalah untuk kalangan pinggiran, yang tak mengerti adab apalagi moralitas. Kini benar-benar tertunduk lesu, mereka yang dijadikan panutan akhirnya jatuh juga ke dalam nistanya kehidupan, gelimang harta dan dosa. Tergerus lajunya teknologi tanpa henti.
Cerpen ini terinspirasi atas kasus praktek prostitusi online yang mewah dan menjerat beberapa dugaan para artis ibukota. Cerpen ini memakai 3 kata kunci, harta - dosa - dunia online yang tidak terkait secara langsung namun bisa dijadikan sebuah cerpen menarik. Esok, akan saya jelaskan mengapa pembuatan cerpen dengan 3 kata kunci ini cenderung lebih mudah dan lebih menarik untuk menjadi pembuka cerpenmu. Selamat menikmati.
Facebook Twitter Google+
 
Back To Top