Membuat cerpen gampang-gampang susah. Gampang buatnya, susah disukai oleh banyak orang. Silahkan lihat-lihat cerpen original buatan saya dengan teknik 3 kata kunci ala A.S Laksana.

Wednesday, May 27, 2015

Terompet Sayap Putih

Terompet - Rumah - Sinar Matahari

Terompet itu bersiul. Bunyinya berkali-kali. Dari awan-awan yang lembut diterpa hembusan angin yang temaram. Bahkan beberapa sosok manusia sempat kaget dibuatnya. Bukan siulan dari pabrik. Bukan juga kegemparan tsunami atau gempa bumi. Bukan! Bukan itu semua. Beberapa langkah tampak terpaku. Beberapa lainnya tampak tak acuh. Mata saling memandang nyinyir. Akankah itu peringatan sang penjagal massal? Banyak tanya tanpa jawab. Banyak opini tanpa kejelasan pasti. Aku sendiri sangsi. Sejenak menonton beberapa ulasan dari seseorang tak ku kenal. Jauh disana mereka mendengar. Siulannya merdu, namun kebingungan sosok manusia itu yang membuatnya menjadi mengerikan. Jantung mulai kencang menendang. Mungkinkah itu sosok putih bersayap? Yang siap mengayunkan sabit raksasanya mengambil jiwa-jiwa fana dari jasadnya? Entahlah.
Opini tidak sekedar dari mereka yang sok tahu. Bahkan meluncur dari mulut-mulut mereka yang menyandang gelar mengagumkan. Mereka bilang itu suara alam. Namun sosok manusia tak sepenuhnya percaya. Karena mereka mendengar langsung dari rumah-rumah. Saat mereka sedang asyik dengan fananya kehidupan. Bahkan baru sekali terjadi dalam hidup mereka. Siulan terompet itu begitu nyata terdengar di sepasang telinga yang kokoh menyangga logika. Apa lagi kalau bukan sosok bersayap yang meniupnya? Para ahli tak mau lepas mengakui begitu saja. Mereka tetap yakin itu suara alam. Layaknya merpati berpasang-pasangan mengepakkan sayap berlomba meraih remah-remah roti. Atau seperti kerumunan suara lebah yang merdu membangun istana. Ya, seperti mitos yang menjadi nyata. Nalar akhirnya menyerah memadan-madankan dengan teori yang ada.
Lalu apa gerangan yang akan terjadi esok? Tidak ada yang tahu. "mungkinkah dunia berakhir kawan?" hanya gelengan kepala yang mampu ku lakukan. Seperti mulut terkunci, mengingat betapa banyak dosa diri yang tertumpah setiap hari. Jika benar dunia berkahir, ah, tidak, ini bukanlah film. Ini bukanlah film 2012 itu. Kehebohan habisnya kalender suku maya yang akhirnya nyata tidak pernah terbukti benar. Namun jika benar, ah, lagi-lagi jika. Aku benci berandai-andai hal-hal mengerikan. Tidak bisa dipungkiri, dunia pasti berakhir. Bumi akan mengerucut, mengecil, mengerdil, lalu sirna. Atau porak-poranda, hancur lebur, tanpa sisa. Harapan tentu masih ada bukan? Harapan untuk melihat sinar matahari menerpa wajah yang mengeringkan minyak-minyak dikulit. Entah mungkin diri ini lupa bersyukur. Jika mentari tetaplah layak untuk dihormati dan disyukuri. Terompet oh terompet. Menggegerkan dunia. Mencengangkan semesta. Entah suara alam, ataukah benar itu suara sangkakaMU ya Tuhan. Ku mohon ampuni dosaku.
Cerpen ini terinspirasi dari berita terdengarnya terompet dari langit. Silahkan diteruskan, ditambahi sendiri. Sebagai sarana pembelajaran membuat naskah cerpen yang singkat padat dan jelas. Tidak klise dan juga tidak terlalu datar. Ada 3 kata yang saya pakai yaitu terompet - rumah - sinar matahari. Tidak saling terkait langsung, tapi bisa dijadikan cerpen yang menarik. Yang saya tebalkan adalah kata kunci yang telah dipakai.
Facebook Twitter Google+
 
Back To Top